FISIKA DASAR - MEKANIKA FLUIDA (MAKALAH)
MAKALAH
MEKANIKA FLUIDA
Disusun oleh :
Elvin Deofami (1121825003)
INSTITUT TEKNOLOGI
INDONESIA
JURUSAN TEKNIK MESIN
KATA PENGANTAR
بـسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah tentang Mekanika Fluida .
Dalam Tugas Pembuatan Makalah Perihal Mekanika Fluida ini masih
jauh dari kata sempurna,
dikarenakan kemampuan saya yang terbatas. Oleh sebab itu, saya mengharap kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk memperbaiki proses selanjutnya.
Serpong ,13
Oktober 2018
Penyusun
Elvin Deofami
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………… i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii
Bab I
Pendahuluan…………………………………………………………………4
Pendahuluan..................................................................................................5
Latar belakang...............................................................................................5
Pembahasan
masalah.....................................................................................5
Manfaat membuatan makalah.........................................................................5
Tujuan pembuatan makalah...........................................................................5
Bab II
Teori………………………………………………………………………....7
Definisi Fluida................................................................................................7
Dimensi dan
Satuan........................................................................................8
Sifat-sifat Fluid...............................................................................................11
Kerapatan........................................................................................................12
Volume Jenisa, Berat Jenis dan Gravitasi Jenis..............................................12
Kompressibilitas Dan
Elastisitas....................................................................13
Tegangan permukaan dan
Kapilaritas............................................................14
Tekanan...........................................................................................................16
Viskositas.......................................................................................................17
Fluida Bergerak..............................................................................................18
Persamaan Kontinuitas...................................................................................19
Persamaan Momentum...................................................................................20
Persamaan Bernouli.......................................................................................22
Persaan Energi................................................................................................23
Bab III
Kesimpulan....................................................................................................25
Saran..............................................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang
sejarah dan ruang lingkup mekanika fluida. Sejarah perkembangan pengetahuan
mekanika fluida berisi tentang perkembangan pengetahuan manusia dalam
penggunaan atau pemanfaatan fluida sampai ditemukannya teori-teori mutakhir
dalam Mekanika Fluida. Hal-hal atau kejadian sehari-hari yang berkaitan
dengan ilmu mekanika fluida sampai pada penerapan prinsip mekanika fluida dalam
bidang keteknikan dipaparkan secara lengkap pada bab ini.
Latar Belakang Sejarah
Penerapan
mekanika fluida yang pertama adalah ketika orang melontarkan batu, lembing dan
anak-anak panah. Kebudayaan-kebudayaan kuno sudah memiliki pengetahuan yang
cukup untuk memecahkan masalah aliran tertentu. Kapal-kapal dengan dayung dan
layar atelah digunakan sekitar tahun 3000 SM. Sistem irigasi telah ditemukan
diantara puing-puing prasejarah baik di Mesir maupun di Mesopotania. Orang
yunani kuno telah mengenali udara dan air sebagai dua zat dari empat unsur zat
( yang lain adalah api dan tanah ).
Aristoteles pada abad ke
empat SM mempelajari benda-benda dalam media yang tipis dan dalam
gelembung-gelembung. Archimedes (285
– 212 SM) merumuskan hukum-hukumnya yang terkenal tentang benda terapung dan
terbenam. Saluran-saluran air bangsa Romawi dibangun dalam abad keempat SM,
walaupun bukti-bukti tertulis menunjukkan bahwa para pembuat saluran itu belum
memahami tentang azas-azas perancangan dan mekanisme hambatan pipa.
Sejak permulaan tarik
masehi sampai zaman Renaisance terus menerus terjadi perbaikan-perbaikan dalam
rancangan sistem-sistem aliran seperti kapal, saluran dan talang air, namun
tidak ada bukti-bukti adanya perbaikan yang mendasar dalam analisa aliran.
Kemudian Leonardo Da Vinci ( 1452 –
1519 ), seorang ahli eksperimen yang ulung, menganjurkan pendekatan secara
eksperimen terhadap ilmu pengetahun dengan menyatakan : “Apabila anda berbicara
tentang aliran air, ceritakan dahulu pengalaman anda baru kemudian berteori”.
Da Vinci telah menjabarkan persamaan kekekalan massa dalam aliran tunak satu
dimensi, tentang gelombang, jet atau semburan, loncatan hidrolik, pembentukan
pusaran dan rancangan-rancangan seretan rendah ( bergaris alir ) serta seretan
tinggi ( Parasut ).
Castelli (1577 –
1644), Torricolli (1608 – 1647) dan Gugliel (1655–1710) dari Sekolah
Hidrolik Itali, telah melahirkan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan
persamaan kontinuitas aliran mantap untuk sungai, aliran dari sebuah wadah,
barometer dan beberapa konsep kualitatif tentang hambatan terhadap aliran
disungai. Dari Perancis, Edme Mariotte ( 1642 – 1648 ) membangun terowongan
angin yang pertama dan menguji model - model didalamnya. Isac Newton ( 1642 –
1727 ) memposulatkan hukum-hukum geraknya dan hukum kekentalan untuk fluida
linear yang sekarang dinamakan fluida Newton dan ia juga melakukan
percobaan-percobaan tentang hambatan (drag) yang dialami oleh bola.
Pada abad kedelapan belas,
ilmuan matematika untuk mekanika fluida-hidrodinamika, pada awalnya dikembangkan
oleh empat pakar : Daniel Bernoulli dan
Leonardo Euler ( Swiss ) serta Clairant dan Jean d’Alembert ( Prancis ), kemudian dilanjutkan oleh Josep – Louis Lagrange ( 1736 – 1813 ) dan Pierre – Simon Laplace serta seorang
insinyur, Gerstner ( 1756 – 1832 ),
yang menyumbangkan gagasan tentang gelombang permukaan dan menghasilkan
penyelesaian-penyelesaian yang akurat dalam aliran tanpa gesekan. Euler
mengembangkan persamaan gerak diferensial dan bentuk integralnya yang disebut
persamaan Bernoulli. D’ Alembert
memakai persamaan ini untuk menampilkan paradoksnya yang terkenal : “ Bahwa
suatu benda yang terbenam di dalam fluida tanpa gesekan, seretannya nol”.
Hasil-hasil yang diberikan oleh ahli-ahli
di atas merupakan hal yang berlebihan, karena asumsi fluida sejati ( tanpa
gesekan ) dalam prakteknya hanya mempunyai penerapan yang sangat terbatas dan
kebanyakan aliran dibidang teknik sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan. Para
ahli teknik mulai menolak apa yang mereka anggap sebagai teori yang sama sekali
tidak realistik, dan mengembangkan hidrolika yang bertumpu hampir secara total
pada eksperimen.
Ahli-ahli eksperimen seperti Chezy, Poleni, De Pitot, Borda, Weber,
Francis, Hegen, Poisenille, Darcy, Manning, Bazin, Venturi dan Wiesbach menghasilkan data tentang
beraneka ragam aliran seperti saluran terbuka, hambatan kapal, aliran melalui
pipa, gelombang dan turbin. Sering sekali data ini dipergunakan dalam bentuk
mentahnya, tanpa memperhatikan dasar-dasar fisika aliran
PEMBAHASAN MASALAH
Pada pembahasan karya
tulis ini, penulis hanya menerangkan secara
garis besar penjelasan
tentang sensor Mekanika Fluida :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem Mekanika Fluida ?
2. Membahas ruang lingkup Mekanika Fluida?
3. Membahas dimensi satuan Mekanika Fluida ?
4. Contoh Soal pada Mekanika Fluida?
5. Membahasa Persamaan-persamaan
yang terdapat pada Mekanika Fluida
MANFAAT
PEMBUATAN MAKALAH
Diharapkan dari penulisan
makalah mengenai Mekanika Fluida ini dapat
memberi manfaat sebagai berikut:
• Memudahkan transfer pengetahuan
tentang Mekanika Fluida kepada peserta didik.
• Memudahkan para pembaca untuk mendapatkan
informasi tentang Mekanika
Fluida
• Membantu peserta didik untuk memahami Mekanika Fluida
secara sederhana.
• Memudahkan peserta didik untuk mengetahui
Ruang Lingkup mekanika
Fluida.
TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
1. Mengetahui apa Pengertian dari Mekanika
Fluida.
2. Mengetahui berbagai ruang lingkup Mekanika Fluida.
3. Mengetahui cara mengerjakan Soal-soal Perhitungan contoh Mekanika
Fluida.
4. Mengetahui Dimensi-dimensi pada Mekanika Fluida.
BAB II
TEORI
Definisi Fluida
Bahan dapat dibagi atas
dua keadaan saja, yakni fluida dan zat padat. Secara teknis perbedaannya terletak
pada reaksi kedua zat itu terhadap tegangan geser atau tegangan singgung yang
dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan deformasi statis,
sedangkan fluida adalah sebaliknya.
Fluida juga dikenal dengan
istilah zat alir, adalah zat yang berubah bentuk
secara kontinyu ( terus menerus ) bila terkena tegangan geser, betapapun
kecilnya tegangan geser itu. Maka dapat kita katakan bahwa fluida yang diam,
berada dalam keadaan tegangan geser nol.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan ( zat
cair ) atau gas. Perbedaan utama antara keduanya bersifat teknis, yaitu
berhubungan dengan akibat gaya kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul
tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat, zat cair cenderung
mempertahankan volumenya dan akan membentuk
permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak tertutup dari atas,
aliran muka bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi. Sedangkan gas yang
mempunyai jarak antara molekul-molekulnya besar dan gaya kohesifnya terabaikan,
akan memuai dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengungkungnya.
Volume gas tidak tertentu (mengikuti volume wadahnya) dan jika tanpa wadah yang
mengungkungnya, gas itu akan membentuk atmosfer yang pada hakekatnya bersifat
hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas, karena itu aliran gas
jarang dikaitkan dengan efek gravitasi.
Berdasarkan bentuk hubungan antara besarnya
tegangan geser yang bekerja dengan laju perubahan bentuk yang terjadi, maka
fluida dapat diklasifikasikan atas fluida yaitu Fluida Newton ( Newton Fluids )
atau fluida bukan-Newton ( Non-Newton Fluids ). Fluida yang mempunyai hubungan
linear antara besarnya tegangan geser dengan laju perubahan bentuk yang
diakibatkan disebut fluida Newton. Fluida yang termasuk dalam kelompok ini seperti
air,udara dan gasolin pada kondisi normal. Sedangkan fluida bukan-Newton adalah
fluida yang mempunyai hubungan tidak linear antara besarnya tegangan geser
dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Contoh fluida ini adalah pasta
gigi dan cat minyak. Bidang yang mempelajari fluida bukan-Newton merupakan
bagian dari ilmu yang disebut Rheologi.
1. .Fluida
Viskoelastik, adalah zat yang
menunjukkan karakteristik baik zat padat ela
Menurut Metzner (Olson,1993 : 25) fluida
diklasifikasikan kedalam empat golongan, yaitu :
2. Fluida Viskos Murni.
Ini meliputi fluida-fluida Newton dan bukan-Newton dengan tegangan geser yang
hanya bergantung pada laju geseran dan tidak bergantung pada waktu.
3. Fluida bergantung pada waktu. Fluida-fluida yang viskositasnya seolah semakin lama makin berkurang
meskipun laju geseran tetap disebut fluida Thiksotropik,
sedangkan yang viskositasnya seolah makin lama makin besar disebut fluida Rheopektik stik maupun fluida viskos,
misalnya tepung, ter dan beberapa polimer.
4. Sistem-sistem Rheologi yang lebih kompleks.
2.2 Ruang Lingkup Mekanika Fluida
Setiap
hari kita semua selalu berhubungan dengan fluida hampir tanpa sadar. Bumi ini
75 % tertutup oleh air dan 100 % tertutup oleh udara. Karena itu, ruang lingkup
mekanika fluida luas sekali dan menyentuh hampir segala segi kehidupan manusia.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali kita jumpai hal - hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang mekanika fluida. Beberapa contoh diberikan disini,
yaitu :
a) Pusaran air yang kita
lihat ketika air dalam bak mandi dikeluarkan melalui lubang pembuangannya pada
dasarnya sama dengan pusaran tornado atau pusaran air dibalik pilar jembatan.
Radiator air atau uap panas untuk memanaskan rumah dan radiator pendingin dalam
sebuah mobil bergantung pada aliran fluida agar dapat memindahkan panas dengan
efektif.
b) Kincir angin di ladang pertanian mempunyai
prinsip kerja yang sama dengan baling-baling di kapal, di pesawat terbang,
dalam pompa, pada kipas angin, pada turbin bahkan pada pengaduk makanan yang
digunakan di dapur. Dalam mesin-mesin itu, ada sebuah momen gaya ( torque )
atau gaya dorong ( thrust ) bekerja
terhadap fluida atau sebaliknya, dan semua itu merupakan contoh lifting vane ( gaya angkat ) yang
bekerja pada bilah-bilah sayap atau sirip baling-baling.
c) Kita dapat merasakan adanya hambatan
aerodinamik bilamana kita sedang berjalan atau bersepeda menentang angin yang
cukup kencang. Hal ini juga dirasakan pada waktu kita sedang berkayuh pada
perahu. Permukaan lambung kapal dan sayap serta badan pesawat terbang dibuat
rata agar dapat mengurangi hambatan, tetapi sebaliknya bola golf justru diberi
permukaan kasar guna mengurangi hambatan dalam geraknya.
Pengetahuan dan pemahaman
tentang teori-teori dan prinsip dasar mekanika fluida adalah sangat penting
dalam menganalisa dan merancang suatu sistem dimana fluida sebagai medium
kerjanya.
Segala masalah angkutan (
pesawat terbang, kapal laut, automobil dan kereta api ) terkait dengan gerak
fluida atau prinsip-prinsip mekanika fluida. Tempat-tempat pendaratan atau
tempat lepas landas ( run way )
pesawat terbang harus mempunyai panjang minimum agar pesawat dapat mendarat
atau lepas landas dengan baik dan aman. Kendaraan-kendaraan bermotor harus
didesain secara aerodinamis agar daya hambatnya kecil hemat bahan bakar dan
mempunyai mutu estetika. Demikian halnya dalam perancangan mesin fluida seperti
pompa, kompressor, turbin, kipas-kipas angin atau blower, kesemuanya memerlukan
pengetahuan mekanika fluida.
Sistem-sistem pelumas, sistem
pemanas dan pengkondisian udara untuk gedung-gedung, terowongan bawah tanah dan
sistem perpipaannya adalah contoh-contoh permasalahan teknik yang memerlukan
pengetahuan mekanika fluida. Bahkan pakar fisiologi pun berkepentingan dengan
mekanika fluida. Jantung adalah sebuah pompa yang mendorong sebuah fluida (
darah ) melalui sebuah sistem pipa (pembuluh-pembuluh darah). Jadi sesungguhnya
kita selalu berurusan dengan fluida baik yang diam maupun yang bergerak.
Dimensi dan Satuan
Dimensi adalah ukuran
untuk menyatakan peubah fisika secara kuantitatif. Satuan ialah suatu cara
khusus untuk mengaitkan sebuah bilangan dengan dimensi kuantitatif. Jadi,
panjang adalah suatu dimensi yang dikaitkan dengan peubah-peubah fisika seperti
jarak, pergeseran, lebar, simpangan atau defleksi dan ketinggian. Sedangkan
sentimeter atau inci keduanya merupakan satuan numeris untuk menyatakan
panjang.
Sistem satuan senantiasa berbeda-beda dari satu
negara ke negara lain, walaupun kesepakatan Internasional telah tercapai. Para
ahli teknik memerlukan bilangan dan karena itu juga ia memerlukan sistem
satuan. Angka-angka ini harus teliti, sebab keselamatan umum dipertaruhkan.
Kita tidak mungkin merancang dan membangun sistem pemipaan yang garis tengahnya
D dan panjangnya L.
Di Amerika, sistem satuan
Inggris umum digunakan. Dalam sistem satuan Inggris terdapat peluang besar
untuk membuat kesalahan. Banyak mahasiswa teknik gagal dalam suatu ujian karena
lupa atau keliru menggunakan faktor konversi 12 atau 144 atau 32,2 atau 60 atau
1,8. Para ahli profesional pun dapat terperosok ke dalam kesalahan-kesalahan
yang sama. Dapat dibayangkan bagaimana resikonya jika seorang ahli
rancang-bangun (desainer) suatu pesawat terbang melakukan kesalahan karena lupa
memasukan faktor konversi 32,2 waktu mengubah pond massa (lbm) menjadi slug.
Dalam membicarakan sifat fluida, melakukan
pengukuran dan perhitungan diperlukan satuan. Ada bermacam-macam sistem satuan
yang dapat digolongkan dalam dua kelompok utama, yaitu :
1. Kelompok sistem satuan Metrik.
2. Kelompok sistem satuan Inggris.
Tiap kelompok sistem satuan menggunakan Dimensi Dasar, yaitu : massa (M),
panjang (L), waktu (T) dan temperatur (q). Dimensi-dimensi lainnya dapat
diturunkan dari dimensi-dimensi dasar ini.
Hubungan antara dimensi dasar ini dapat diturunkan
dari hukum-hukum fisika yang ada, misalnya dari hukum Newton II, yang
menyatakan bahwa gaya sebanding dengan massa kali percepatan, F = m.a, dan
sebagai persamaan, faktor kesebandingan k harus di gunakan sehingga diperoleh persamaan
:
F = k m . a atau F = m.a/gc dengan gc =
1 / K
harga 1/k atau gc bergantung
pada sistem sataun yang digunakan sehingga menghasilkan harga gaya yang benar
dari perkalian antara massa dan percepatan. Dari persamaan Newton II di atas,
diperoleh hubungan antara gaya, massa dan percepatan dalam setiap sistem
satuan.
Dalam sistem satuan Internasional ( Systeme
International d’unites ) SI, satuan massa dalam kilogram (kg), panjang dalam
meter (m), waktu dalam ketik (det.) dan temperatur dalam Kelvin (K), sedangkan
gaya sebagai satuan turunan dinyatakan dalam Newton (N) dapat didefinisikan
dari persamaan Newton, yaitu :
Dalam sistem satuan Metrik
Absolut atau metrik cgs, satuan massa, panjang, waktu dan temperatur
berturut-turut dinyatakan dalam gram (g), centimeter (cm), detik (det) dan
Kelvin (K). sedangkan gaya (F) sebagai satuan turunan dinyatakan dalam dyne dan
didefinisikan :
Sistem satuan
Internasional, SI telah banyak dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.
Namun dalam beberapa negara seperti Inggris dan Amerika masih menggunakan
Sistem Satuan Inggris. Sistem satuan ini meliputi :
1. Sistem Satuan Grafitasi Inggris (British Gravitational), BG atau disebut
juga Sistem Inggris Teknik (Technical
English System) dan di Amerika disebut juga Sistem Lazim Amerika Serikat (
U.S. Customary System), USC.
2.
Sistem
Satuan Inggris Engineering ( English
Engineering ).
3.
Sistem
Inggris Absolut ( English Absolute ).
Satuan dari sistem-sistem satuan
yang telah disebutkan diatas dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Dan besaran-besaran
turunan yang penting dalam mekanika fluida beserta dimensinya disajikan dalam
Tabel 2.2.
Dalam sistem satuan SI,
kelipatan dan sub kelipatan dalam pangkat 103 ditunjukkan dengan
awalan, yang juga disingkat. Awalan-awalan yang lazim ditunjukkan dalam Tabel
2.3. di halaman berikut ini.
Tabel 2.1. Sistem Satuan
No
|
Sistem satuan
|
Gaya
(F)
|
Massa (M)
|
Panjang (L)
|
Waktu (T)
|
gc = 1/k
|
Faktor konversi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Inggris Teknik, BG Atau USC
Inggris Engineering
Inggris Absolut
Metrik Absolut (cgs)
Metrik MKS
Metrik Engineering
Sistem internasional, SI
|
pound
(lbf)
pound
(lbf)
poundal
(pdl)
dyne
kilogram
(Kgf)
gram
(gf)
Newton
(N)
|
Slug
pound
(lbm)
pound
(lbm)
gram
(gr)
kilogram
(Kg)
gram
(gr)
Kilogram
(Kg)
|
feet
(ft)
feet
(ft)
feet
(ft)
cm
meter
(m)
centi
meter (cm)
meter
(m)
|
detik
detik
detik
detik
detik
detik
detik
|
slug.ft
1 ............
l
bf.det2
lbm.ft
32,2..........
lbf. det2
lbm.ft
1 ............
pdl.det
gm. cm
1 ............
dyne.
det2
kgm
9,8061
kgf. det2
gm.cm
980,665
gf. dt2
kg.
m
1
N.
det2
|
1 slug = 3,2 lbm
1 slug = 14,59 kg
1 ft = 0,3048 m
1 lbf = 4,448 N
1 N = 105 dyne
|
Tabel 2.2. Dimensi-dimensi turunan
No
|
Dimensi
turunan
|
Satuan
SI
|
Satuan
BG
|
Faktor
konversi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Luas ( L2
)
Volume ( L3 )
Kecepatan (LT-1)
Percepatan (LT-2)
Tek./Teg. (ML-1T-2)
Kecep.sudut ( T-1 )
Energi kalor, usaha
( ML2
T-2 )
Daya ( ML2 T-3 )
Kerapatan ( ML-3 )
Kekentalan Dinamik
( ML-1
T-1)
Kalor spesific
( L2
T-2 θ-1 )
|
m 2
m 3
m/dt
m/dt2
Pa = N/m2
dt -1
J = N.m
W = J/dt
Kg/m3
Kg/ (m.dt)
M2/ (dt 2 K)
|
ft 2
ft3
ft/dt
ft/dt2
lbf/ft2
dt -1
lbf.ft
lbf.ft/dt
slug/ft
slug/ft.dt
ft2 / (dt2.R)
|
1 m2 = 10,746 ft2
1 ft3 = 35,315 ft3
1ft/dt = 0,3048 m/dt
1ft/dt2 = 0,3048 m/dt2
1 lbf/ft2 = 47,88 Pa
1 ft.lbf = 1,3558 J
1 ft.lbf/dt = 1,3558 W
1 slug/ft3 = 515,4 kg/m
1 slug/(ft.dt)=47,88 kg/m.dt
1m/(dt2.R) = 5,980 ft2/dt.R
|
Tabel 2.3. Awalan Pilihan Untuk Pangkat 10
Dalam Satuan SI
No
|
Kelipatan
|
Awalan SI
|
Singkatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
109
106
103
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
|
Giga
mega
kilo
centi
milli
mikro
nano
piko
|
G
M
k
c
m
μ
n
p
|
Contoh-contoh soal:
1.
Tunjukkan dimensinya dan satuan yang digunakan dalam sistem satuan SI
dan satauan BG dari besaran-besaran berikut :
a.
Momentum b. Tegangan Geser c.
Berat Jenis
Penyelesaian :
a. Momentum =
massa x kecepatan
=
massa x (jarak/waktu)
Dimensi =
M . L . T -1
Satuan SI
= Kg .m . dt -1
= kg . m/dt
= N . dt
Satuan BG
= Slug. ft . dt -1
= Slug . ft
/ dt
b. Tegangan geser = Gaya
bagi luasan
=
F . L-2
= M . L . T -2 . L -2
=
M . L -1 . T -2
=
M / L . T -2
Satuan SI =
N / m2
Satuan BG
= lbf / ft 2
c. Berat Jenis =
kerapatan x gravitasi
= M . L -3 x L .
T -2
= M . L -2
. T -2
= M / L 2
. T 2
Satuan SI
= Kg/m2 . dt 2 N = Kg .
m / dt
= N / m 3
Satuan BG
= lbf / ft 3
2. Sebuah benda beratnya 1000 lbf dibawah pengaruh medan gravitasi bumi
yang percepatannya g = 32,174 ft / dt 2.
- Berapa
massanya dalam kilogram ?
- Berapa
berat benda ini dalam Newton, jika dipengaruhi percepatan gravitasi bulan
yang nilai standarnya g bulan = 1,62 m / dt 2.
- Berapa
besar percepatan benda itu jika gayanya netto sebesar 400 lbf dikenakan
padanya dibulan atau dibumi.
Penyelesaian :
Dari soal W = 1000 lbf
g
= 32,174 ft / dt 2
a. Massa benda dalam kilogram :
W = m . g
= 1000 lbf.
m (slug) .
32,174 ( ft / dt2 ) = 1000 lbf.
jadi m = 1000 / 32,174
m = 31,08 slug
m = 31,08 slug x 14,5939 kg / slug
m = 453,6 kg
b. Berat benda dalam Newton
Karena massa benda di bulan atau di bumi tetap
453, 6 kg, maka berat benda di bulan,
W = m . g bulan
W = 453,6 kg . 1,62 m/dt 2
W = 734,8 N
c. Percepatan benda :
Dari persamaan Newton II,
F = m . a
400 lbf
= 31,08 (slug) x a ( ft / dt2
)
a = 400/31,08 ( ft / dt 2 )
a = 12,43 ft / dt 2
a = 12,43 x 0,3048 (m / dt 2)
= 3,79 m /
dt 2
Sifat-sifat Fluida
Semua fluida sejati
mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang
penting dalam dunia rekayasa. Kerapatan, kompressibilitas, kapilaritas dan
tekanan uap adalah sifat-sifat fluida yang penting untuk fluida dalam keadaan
diam dan untuk fluida yang bergerak, disamping sifat-sifat tadi juga viskositas
memegang peranan penting.
Sifat-sifat inilah yang akan diuraikan dalam subbab mendatang.
Kerapatan.
Kerapatan atau rapat massa
( densitas ), ρ suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume.
ρ = Δ m / Δ v
Kerapatan air pada tekanan
standar (760 mmHg) dan 40 C adalah 1000 Kg/m3,
sedangkan kerapatan udara baku pada tekanan standar (1 atm) dan temperatur 150
C adalah 1,225 Kg/m3.
Harga kerapatan air dan sifat-sifat fisika lainnya dapat dilihat pada
lampiran Tabel A1. Temperatur dan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kerapatan
zat cair, namun sangat berarti terhadap kerapatan gas. Kerapatan suatu gas
dapat dihitung pada persamaan gas ideal, yaitu:
ρ = p / R . T
Dimana : ρ = Kerapatan
p = Tekanan mutlak
R = Tetapan gas
T = Temperatur mutlak
Harga tetapan gas, R untuk udara adalah 287 m2/dt2. K
( N.m/Kg.K). Harga-harga tetapan gas R untuk berbagai gas dapat dilihat dalam
lampiran Tabel A2.
Contoh
2.4
Hitung kerapatan udara pada tekanan 13,79 x 104 N/m2
dan temperatur 480 C.
Penyelesaian :
ρ = P / R . T
= 13,79 x
104 (N/m2) / 287 N.m/Kg . ( 48 + 273 ) K
= 15,40
Kg/m3
Volume
jenis, Berat jenis dan Gravitasi jenis.
§ Volume jenis, v adalah kebalikan kerapatan
ρ, yakni volume yang ditempati oleh massa satuan fluida, jadi :
v = 1 / ρ
§ Berat jenis, g adalah gaya gravitasi terhadap massa yang
terkandung dalam satuan volume zat, atau hasil kali antara kerapatan dengan
percepatan gravitasi,
g = ρ . g
Berat jenis sangat berguna dalam masalah-masalah
tekanan hidrostatik.
-
Berat
jenis, t air pada
keadaan standar adalah :
g air
= ρ air . g
=
1000 Kg/m3 x 9,81 m/dt2
= 9810 N/m3.
-
Berat
jenis, gudara adalah :
gudara
= ρ udara . g
= 1,225 Kg/m3 x 9,81 m/dt2
=
12,02 N/m3.
§ Gravitasi jenis ( specifik gravitasi ) SG,
atau disebut juga dengan kerapatan relatif adalah suatu bilangan yang menunjukkan
perbandingan (ratio) antara massa atau kerapatan suatu zat terhadap massa atau
kerapatan suatu zat pada kondisi standar yang bervolume sama yang ditentukan
sebagai patokan.
Untuk zat cair dan zat padat, zat patokannya
adalah air pada tekanan 1 atm, atau 1,013 x 105 Pa dan temperatur 40
C. Dan untuk gas, zat patokannya adalah udara standar, yaitu udara bebas yang
mengandung CO2 atau hidrogen pada 150 C dan tekanan 1
atm.
SG
zat = gzat / g air
SG
zat cair = ρ zat cair / ρ air
atau SG
zat cair = ρ
zat cair / ρ air
SG
gas = ρ gas / ρ udara
Contoh
2.5
Kerapatan suatu zat adalah 2,94 g/cm3. Tentukanlah dalam satuan
SI harga :
a. Gravitasi jenisnya.
b. Volume jenisnya.
c. Berat jenisnya.
Penyelesaian :
Dari soal : Diberikan ρ = 2,94
g/cm3.
dalam satuan SI ρ = 2,94
g/cm3 x 1 Kg/1000 g x 106 cm3/m3
=
2940 Kg/m3.
a. Gravitasi jenis zat :
SG = ρ
zat / ρ air
=
2940 ( kg/m3 ) / 1000 ( kg/m3 )
=
2,94
b. Volume jenis, v :
v = 1
/ ρ
=
1 / 2940
=
0,000340 m3 / kg
c. Berat jenis, g :
g
= ρ. g
= 2940
kg/m3 x 9,81 m/dt2.
=
2884140 N/m3.
Kompressibilitas atau Elastisitas.
Semua fluida mengalami
perubahan volume bila tekanannya atau temperaturnya berubah. Suatu volume
fluida tertentu v, pada tekanan p mengalami perubahan volume Dv bila tekanan berubah sebanyak Dp.
Kompressibilitas rata-rata
b, didefinisikan sebagai perubahan volume
mula-mula per satuan perubahan tekanan, sehingga untuk sejumlah massa fluida
tertentu dengan volume v, berlaku :
b =
- ( Dv / v ) / Dp.
Tanda minus dimasukkan karena bertambahnya tekanan menyebabkan mengecilnya
volume.
Kebalikan dari kompressibilitas
disebut Elastisitas atau Modulus Bulk Elastisitas ( Bulk Modulus of Elastisity
), K.
Untuk zat cair :
K = 1 / b
=
- Dp / ( Dv / v )
Modulus Bulk atau elastisitas bervariasi dengan tekanan untuk gas dan
dengan tekanan serta temperatur ( meskipun sedikit ) untuk zat cair. Jadi untuk
gas, Modulus Bulk adalah :
K =
- dp / ( dv / v )
Dimensi K sama dengan dimensi tekanan yaitu
MLT-2.
Beberapa harga K untuk beberapa cairan diperlihatkan dalam lampiran Tabel
A3.
Contoh 2.6
Suatu cairan yang dimanfaatkan dalam sebuah silinder mempunyai volume 1
liter
( 1 liter = 1000 cm3 ) pada1 MN/m2 dan mempunyai
volume 0,995 liter pada 2 MN/m2. Berapakah Modulus Bulknya ?
Penyelesaian :
Tegangan
Permukaan dan Kapilaritas
a. Tegangan Permukaan
Pada lapisan antara-muka
(interface) antara cairan dan gas atau antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur, akan terbentuk suatu selaput atau lapisan tipis yang disebabkan oleh
tarikan molekul-molekul cairan di bawah permukaan tersebut. Molekul-molekul
pada permukaan zat cair lebih rendah kerapatannya dan tarik-menarik satu sama
lain.
Sifat yang disebut tegangan permukaan ini
sesungguhnya terjadi akibat perbedaan tarik menarik timbal balik antar
molekul-molekul zat cair dekat permukaan dan molekul-molekul yang terletak agak
lebih jauh dari permukaan dalam massa zat cair yang sama.
Terbentuknya selaput pada lapisan antar muka
berdasarkan energi permukaan atau kerja per satuan luas yang diperlukan untuk
membawa molekul-molekul ke permukaan. Energi per satuan luas permukaan ini
disebut koefisien tegangan permukaan dan diberi notasi s. Tegangan permukaan s ini mempunyai dimensi energi per satuan luas atau gaya per satuan panjang.
Harga-harga tegangan permukaan untuk beberapa cairan dapat dilihat pada
lampiran Tabel A3.
Dua antar muka yang lazim adalah air-udara dan air
raksa-udara. Untuk permukaan yang bersih pada temperatur 200 C,
harga tegangan permukaannya masing-masing adalah :
s air = 0,073 N/m
s air raksa = 0,51 N/m
Pada umumnya s mengecil dengan menurunnya suhu dan nilainya 0 pada titik kritis. Tegangan
permukaan berperan menghalangi pertumbuhan gelembung-gelembung gas kecil dalam
zat cair ketika dilewatkan melalui daerah bertekanan rendah.
Contoh-contoh efek yang ditimbulkan oleh sifat
tegangan permukaan pada zat cair, misalnya air biasanya naik lebih tinggi dari
pinggiran sendok sebelum airnya tumpah atau air dapat dituangkan kedalam sebuah
gelas yang bersih sampai permukaannya lebih tinggi dari pada bibir gelas.
Jika antar-muka itu melengkung, maka terjadi
perbedaan tekanan pada permukaan itu.
Perbedaan tekanan Dp permukaan diimbangi oleh gaya tarik yang
disebabkan oleh tegangan permukaan. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan antar-muka
lengkung yang mempunyai bentuk : silinder ( gbr. 2.1a. ), tetes bulat ( gbr.
2.1b ) dan lengkung yang umum ( gbr. 2.1c ).
Gbr 2.1. Antar-muka lengkung : a.
Silinder b. Tetes bulat c. Lengkung umum.
-
Pada
antar-muka lengkung silinder berlaku hubungan :
2 RLPDp
= 2 s L
Dp
= s / R
-
Untuk
antar-muka tetes bulat berlaku :
pR2Dp = 2 pRs
Dp
= 2s / R
-
Untuk
antar-muka lengkung umum :
Dp =
s ( 1 / R1 + 1 / R2 )
Contoh 2.7
Berapakah harga tekanan di dalam sebuah tetes air yang bergaris tengah 0,05
mm pada temperatur 200 C, jika tekanan diluar tetes itu adalah
tekanan atmosfir standar.
Penyelesaian :
Dari soal diketahui : R = 0,05
mm/2 =
0,025 mm.
s
= 0,073 N / m ( lihat tabel )
p1
= 1,03 x 105 N /m2 (
atmosfer standar )
untuk tetes bulat berlaku :
Dp =
2 s / R
P2 – P1 =
2 s / R
Jadi tekanan di dalam tetesan air, P2 :
P2 = P1
+ 2 s /R
=
1,03 x 105 N/m2 + 2 . 0,073 N/m /
0,025 x 10-3 m
=
1,03 x 105 + 0,5840 x 105
=
1,6140 x 105 N/m2
b. Kapilaritas.
Naik atau turunnya cairan
dalam suatu tabung kapiler ( atau dalam suatu keadaan serupa, seperti misalnya
dalam zat yang berpori ) disebabkan oleh tegangan permukaan dan tergantung pada
besarnya kohesi relatif cairan dan adhesi cairan ke dinding wadah tempatnya.
Cairan naik dalam tabung yang dibasahinya, dalam hal ini gaya adhesi lebih
besar dari gaya kohesi dan turun dalam tabung yang tak dibasahinya ( gaya
kohesi lebih besar dari adhesi ). Kapilaritas menjadi berarti bila menggunakan
tabung-tabung yang garis tengahnya lebih kecil dari kira-kira 10 mm.
Air akan naik setinggi h dalam pipa kapiler dan
membasahi dinding kaca/pipa kapiler itu dan permukan bebasnya berbentuk cekung
dengan sudut kontak q. Sedangkan air raksa akan turun dalam pipa
kapiler dan tidak membasahi dinding kaca serta permukaan bebasnya berbentuk
cembung.
Besarnya tinggi kenaikkan air atau penurunan air
raksa dalam pipa kapiler dengan menggunakan tabung kaca berdiameter 0,2 inchi
diperlihatkan dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2.
Kapilaritas dalam tabung kaca
Gambar 2.3.
Pengaruh sudut kontak q pada kapilaritas dalam sebuah pipa kecil.
Besarnya sudut kontak q yang terbentuk antara zat cair dengan
dinding kaca atau pipa kapiler menentukan tinggi kenaikkan atau penurunan (
depresi ) zat cair dalam pipa kapiler ( perhatikan gambar 2.3 ).
Apabila q
< p / 2
( 900 ) akan terjadi kenaikkan zat cair dalam pipa kapiler.
q = p / 2 ( 900 ) tidak
mengalami kenaikkan atau penurunan.
q >
p / 2 ( 900
) akan terjadi penurunan dalam pipa kapiler.
Tinggi kenaikkan/penurunan
zat cair dalam pipa kapiler dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
h = 2 s Cos q / ρ gr
Efek kapiler ini harus diperhitungkan jika menggunakan tabung-tabung
bergaris tengah kecil untuk mengukur tekanan.
Contoh
2.8
Sampai ketinggian h berapa air pada temperatur 200 C akan naik
dalam sebuah pipa kaca bersih berdiameter 2,5 mm.
Jawab :
Dari soal diberikan :
s =
0,073 N/m ( lihat tabel )
q
= 00 ( kaca bersih )
r = 1,25 x 10-3 m
h = 2 s Cos
q / ♪ gr.
= 2 . 0,073 . Cos 0 / 1000 . 9,81
. 1,25 x 10-3
= 0,012 m
= 12 mm.
Tekanan Uap
Kalau suatu zat cair dan
uapnya berada bersama dalam kesetimbangan, uap disitu disebut uap jenuh, dan
tekanan yang diberikan oleh uap jenuh ini disebut tekanan uap. Jika tekanan zat
cair lebih besar dari tekanan uapnya, pertukaran antara zat cair dan uap itu
hanya terjadi dalam penguapan pada antar-mukanya. Tetapi jika tekanan zat cair
itu menjadi lebih rendah daripada tekanan uapnya, gelembung-gelembung uap mulai
muncul di dalam zat cair itu. Untuk setiap zat, tekanan uap merupakan fungsi temperatur.
Harga-harga tekanan uap untuk beberapa zat cair pada berbagai temperatur
disajikan dalam lampiran Tabel A4.
Dalam banyak situasi yang menyangkut aliran cairan
terdapat kemungkinan bahwa terjadi tekanan yang sangat rendah di lokasi-lokasi
tertentu dalam sistem. Dalam keadaan demikian maka tekanan tersebut dapat sama
dengan atau lebih kecil daripada tekanan uap. Jika hal itu terjadi, maka cairan
menguap. Inilah fenomena kavitasi atau peronggaan.
Fenomena kavitasi ini dianggap penting dalam bidang
rekayasa karena pembentukan rongga-rongga atau gelembung uap yang kemudian
meletus atau pecah ketika fluida pindah ke daerah bertekanan lebih tinggi bisa
menyebabkan erosi pada permukaan zat padat, vibrasi dan hilangnya sebagian
energi mekanik. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dalam sistem pipa
pompa, turbin atau baling-baling kapal.
Viskositas
Viskositas atau kekentalan
adalah ukuran ketahanan dari suatu fluida terhadap deformasi ( perubahan bentuk
) atau ukuran daya tahan fluida terhadap gaya geser. Dari hukum viskositas
Newton diberikan hubungan :
t = m ( du / dy ) = m ( dq / dt )
atau
m = t / ( du / dy ) = t / ( dq / dt )
koefisien m disebut sebagai viskositas dinamik atau
viskositas absolut. Dari persamaan viskositas Newton tersebut, dapat dilihat
bahwa dimensi : t ( FL -2 ), u ( LT-1 ) dan y ( L ),
sehingga dimensi m adalah FL -2 T atau FT / L2.
Berdasarkan analisa dimensi ini, dapat kita tuliskan satuan viskositas
dinamik dalam sistem SI yaitu :
m =
N . dt / m2 = Pa . dt
=
kg / m . dt
Satuan lain untuk viskositas dinamik ini adalah satuan metrik cgs, yaitu :
m =
dyne . dt / cm2
= g
/ cm . dt.
=
poise (P)
Satuan SI 10 kali lebih besar daripada satuan metrik cgs ( 1 Pa.dt = 10
poise )
Viskositas kinematik v, didefinisikan sebagai
nisbah ( ratio ) viskositas dinamik terhadap kerapatan. v = m / ρ dimensi viskositas kinematik adalah L2T-1
atau L2/T, sehingga satuannya dalam sistem SI adalah m2/dt.
atau dalam metrik cgs cm2/dt atau stokes, St ( 1 St = 100 cSt dan 1
cSt = 10-6 m2 / dt ).
Viskositas gas meningkat dengan naiknya suhu,
tetapi viskositas cairan berkurang dengan naiknya suhu. Harga-harga viskositas
( dinamik dan kinematik ) untuk beberapa zat cair dan gas dapat dilihat dalam lampiran
Gbr. A.2.1. dan A.2.2.
Contoh
2.9
Dari tabel diperoleh viskositas air pada temperatur 200 C
besarnya 0,01008 poise. Hitung :
a. Viskositas dinamik dalam Pa . dt
b. Jika rapat relatif air pada 200
C besarnya 0,998 , hitung harga viskositas kinematik dalam m2 / dt.
Jawab :
a. viskositas dinamik,
=
1,008 x 10-3 Pa.dt
b. viskositas kinematik,
v = m / ρ
=
1,01 x 10-6 m2 / dt.
Fluida Bergerak
Banyak
kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan aliran fluida. Sebagai
contoh, aliran dapat digolongkan sebagai aliran stedi atau tak stedi, seragam
atau tidak seragam, laminer atau turbulen, dapat mampat ( compressible ) atau
tak dapat mampat ( incompressible ), rotasional atau tak rotasional, satu, dua,
atau tiga dimensi. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik, transonik,
supersonik atau hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir disaluran terbuka
ada yang sub kritis, kritis atau superkritis. Klasifikasi-klasifikasi inilah yang
akan dibicarakan.
Aliran
disebut stedi bila kondisi di titik manapun di dalam fluida tidak berubah
terhadap waktu. Sebagai contoh, jika kecepatan disuatu titik tertentu adalah 3
m/dt dalam arah + x, maka dalam aliran stedi, kecepatan tersebut tetap tepat
sebesar itu serta dalam arah itu untuk jangka waktu tak terbatas, atau dapat
dinyatakan sebagai :
¶v / ¶t = 0
Demikian pula, tidak ada perubahan kerapatan r, tekanan p atau suhu T dengan waktu di titik manapun. Jadi :
¶ó/¶t = 0 ¶p /¶t = 0
¶T/¶t = 0
Aliran
adalah tak stedi bila kondisi di titik manapun berubah dengan waktu,
¶v / ¶t
= 0.
Aliran air yang konstan di dalam sebuah pipa
bersifat stedi, akan tetapi saat katup alirannya sedang dibuka atau sedang
ditutup, aliran itu tidak stedi.
Aliran
seragam ( merata / uniform flow )terjadi bila besar dan arah kecepatannya tidak
berubah dari titik ke titik dalam fluida atau ¶v/¶s = 0. Demikian halnya variabel-variabel
fluida lainnya tidak berubah bersama jarak atau ¶y/¶s = 0, ¶ó/¶s = 0, ¶p/¶s = 0. Aliran tak seragam ( non uniform
flow ) terjadi bila kecepatan, kedalaman, tekanan dan seterusnya, berubah dari
titik ke titik dalam aliran fluida tersebut, atau :
¶v/¶s ¹ 0,
¶y/¶s ¹
0, ¶ó/¶s ¹ 0, ¶p/¶s ¹ 0.
Aliran
zat cair dalam sebuah pipa yang luas penampangnya konstan dan dalam saluran
terbuka yang lebar serta dalamnya konstan adalah contoh aliran seragam. Aliran
zat cair dalam saluran yang luas penampangnya berubah-ubah, dan semua aliran
gas kecuali yang kecepatannya rendah dan luas penampang alirannya konstan,
adalah contoh aliran tak seragam karena kecepatannya bervariasi dari penampang
yang satu ke penampang yang lain.
Contoh-contoh
aliran stedi dan tak stedi serta aliran seragam adalah : aliran cairan melalui
pipa yang panjang dengan laju yang konstan adalah aliran seragam stedi, aliran
cairan melalui pipa yang panjang dengan laju menurun adalah aliran seragam tak
stedi, aliran melalui tabung yang membesar dengan laju yang konstan adalah
aliran tak seragam stedi dan aliran melalui tabung yang membesar dengan laju
yang meningkat adalah aliran tak seragam tak stedi.
Aliran
dapat digolongkan sebagai aliran rotasional atau tak rotasional tergantung
apakah partikel-partikel atau elemen-elemen dalam fluida berputar terhadap
sumbu aliran tersebut. Jika partikel-partikel fluida di dalam suatu daerah
mempunyai rotasi seputar suatu sumbu, alirannya disebut aliran rotasional atau
aliran vorteks. Jika fluida di dalam suatu daerah tidak mempunyai rotasi,
alirannya dinamakan aliran tak rotasional.
Aliran
dianggap tak dapat mampat ( incompressible ) bila perubahan kerapatan fluida
disitu dapat diabaikan. Semua aliran zat cair dan aliran gas pada kecepatan
rendah boleh dianggap aliran yang tidak dapat mampat. Aliran gas dengan
kecepatan diatas sekitar 60 – 90 m/dt harus dianggap aliran dapat mampat.
Sebetulnya semua fluida dapat dimampatkan walaupun sedikit, tetapi umumnya yang
dianggap tak dapat mampat adalah fluida yang kerapatannya tidak bergantung pada
tekanan.
Aliran
satu dimensi mengabaikan variasi atau perubahan kecepatan, tekanan, temperatur
dan sebagainya, dalam arah tegak lurus terhadap arah aliran utama.
Kondisi-kondisi pada suatu penampang dinyatakan dalam nilai rata-rata kecepatan
kerapatan dengan sifat-sifat lainnya. Sebagai contoh, aliran melalui pipa
biasanya dianggap sebagai aliran satu dimensi. Dalam aliran dua dimensi, semua
partikel diasumsikan mengalir dalam bidang-bidang datar yang sejajar, sepanjang
lintasan yang identik dalam masing-masing bidang ini, maka dari itu tidak terdapat
perubahan aliran dalam arah tegak lurus bidang-bidang ini. Aliran tiga dimensi
adalah aliran dimana parameter-parameter fluida atau alirannya bervariasi dalam
arah x, y danz.
Sebuah
klasifikasi yang penting sekali adalah klasifikasi yang menggolongkan aliran
sebagai aliran laminer atau turbulen. Perbedaan ini didasarkan pada
karakteristik internal aliran dan menentukan analisis macam apa yang boleh
diterapkan. Untuk menetapkan karakteristik kondisi-kondisi aliran apakah
laminer atau turbulen biasanya digunakan parameter non dimensional yang disebut
angka reynolds ( Reynolds Number ).
Aliran
gas disebut aliran subsonik, transonik, supersonik atau hipersonik, tergantung
pada apakah kecepatannya, kurang dari, kira-kira sama dengan, lebih besar dari,
atau jauh lebih besar dari kecepatan bunyi.
Air
yang mengalir dalam saluran terbuka ( sungai atau saluran pelimpah ) disebut
sub kritis, kritis atau super kritis, tergantung apakah kecepatannya kurang
dari, sama dengan atau lebih besar dari kecepatan gelombang permukaan
ilementernya. Gelombang yang terbangkitkan ketika sebutir batu dilemparkan ke
air yang dangkal adalah contoh gelombang ilementer.
Persamaan Kontinuitas
Persamaan
kontinuitas mengungkapkan persyaratan bahwa suatu fluida harus kontinyu serta
massa fluida bersifat kebal.
Dari
prinsip kekekalan massa tersebut, persen kontinuitas diperoleh yaitu :
-
Untuk
aliran yang stedi, laju aliran massa tetap :
m = rVA
= konstan …………………………………… ( 4.1 )
-
Untuk
aliran tak dapat mampat, laju aliran volumetrik ( debit aliran ) Q konstan :
Q = VA
= konstan …………………………………….. ( 4.2 )
Contoh
Air mengalir dengan kecepatan rata-rata 3 m/dt
dalam pipa masukan sebuah yang berdiameter 0,20 m. Berapakah kecepatan aliran
rata-rata dalam pipa keluaran yang berdiameter 0,15 m.
Penyelesaian
:
Q1 = Q2
A1V1 = A2V2
p/4 ( d1 )2 . V1 = p/4 ( d2 )2 . V2
Dari
soal diberikan :
d1 = 0,20 m
V1 = 3 m/dt
d2 = 0,15 m
Jadi V2
= V1 ( d1/d2 )2
= 3 (
0,20/0,15 )2
= 5,33 m/dt.
Persamaan Momentum
Theorema
momentum hanya berkaitan dengan gaya-gaya dari luar sesuai dengan hukum kedua
Newton dan hasil-hasilnya dapat digunakan dalam berbagai situasi tanpa
membutuhkan pengetahuan yang rinci tentang proses-proses internal di dalam
fluida itu sendiri. Teorema momentum dapat diterapkan pada aliran-aliran baik
yang stedi maupun tidak stedi, berdimensi satu, dua atau tiga, dapat mampat
atau tidak dapat mampat.
Hukum
kedua Newton menyatakan bahwa gaya netto yang bekerja pada suatu massa tertentu
sebanding dengan laju perubahan momentum linear massa tersebut terhadap waktu.
Jika
kecepatan sekelompok partikel fluida ketika melintasi permukaan sebuah volume
kontrol berubah-ubah baik besar maupun arahnya, perubahan-perubahan itu hanya
bisa ditimbulkan oleh gaya netto yang berasal dari gaya-gaya luar. Gaya-gaya
tersebut adalah :
1. Gaya-gaya normal akibat tekanan dan efek
viskositas.
2. Gaya-gaya tangensial akibat geseran
viskositas.
3. Gaya-gaya seperti gravitasi yang bekerja
dalam arah medan gravitasi.
Gaya
netto dari luar yang bekerja pada fluida dalam sebuah volume kontrol yang telah
ditetapkan sama dengan laju perubahan momentum fluida dalam volume kontrol
terhadap waktu plus laju. Netto plus atau pemindahan momentum keluar dari
volume kontrol melalui permukaannya (S). Inilah teorema momentum untuk mekanika
fluida.
Untuk
aliran yang stedi, jika kecepatan melintasi permukaan kontrol dianggap sebagai
sebuah tetapan, berlaku :
SF = Perubahan momentum
SF = m ( V keluar vk – V masuk vk ) ………………………..……
( 4.3 )
Dalam arah sumbu x :
SFx = (m Vx ) keluar vk – (m Vx )masuk vk ……………………..……..
( 4.4 )
Dengan cara serupa kita juga dapat menyusun
ekspresi untuk arah-arah y dan z.
Persamaan
( 4.3 ) dapat juga dituliskan sebagai :
SFx = m ( Vx keluar vk – Vx masuk vk ) ………………………...……….. (4.5 )
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan teorema momentum itu, perhatikanlah
contoh-contoh berikut ini :
Contoh 4.4.
Sebuah pancuran air menghantam sudu tetap turbin
yang lengkung sehingga mengalami penyimpangan arah sebesar 600.
Kecepatan pancar air itu 24 m/dt, luas penampang pancaran ( jet ) 0,010 m2.
Jika permukaan bilah turbin itu halus sehingga kecepatan pancaran konstan,
berapakah gaya netto yang dialami oleh bilah turbin.
Perhatikan gambar 4.4.
Penyelesaian
:
Dengan menggangap tekanan lokal diselingi turbin
sama dengan tekanan atmosfer lokal ( tekanan ukur nol ) maka seluruh tekanan
pada volume kontrol sama dengan nol. Sehingga gaya resultan yang bersangkutan
dengan tekanan itu sama dengan nol. Dari prinsip momentum dengan memperhatikan
gambar 4.4 diperoleh :
- Fx = m ( Vx keluar vk - Vx masuk vk )
karena m = ój Q j = ójAjVj
V masuk vk = Vj
V keluar vk = Vj cos q.
Jadi :
-
Fx = ój Aj Vj ( Vj
cos q - Vj )
Atau
Fx = ój Aj Vj ( Vj
– Vj cos q )
= ( 1000 ) ( 0,010 ) ( 24 ) [ 24 – 24 cos 60 ]
= 2880 N.
Dengan cara yang sama :
Fy = ój Aj Vj ( Vj sin q - 0 )
= ( 1000 ) ( 0,010 ) ( 24 ) [ 24 sin 60 – 0 ]
= 4988 N
Gaya resultan,
jadi
gaya netto yang dialami sudu turbin adalah 5760 N.
Contoh 4.5.
Seperti soal 4.4, tapi disini sudu turbin bergerak
dengan kecepatan 6 m/dt searah dengan pancaran ( gambar 4.5 ). Berapakah gaya
yang terjadi pada sudu itu oleh pancaran .
Penyelesaian :
Karena sudu bergerak, maka kerangka acuan atau
volume kendali harus dianggap bergerak bersama sudu. Sehingga aliran tampak
stedi. Dengan demikian kecepatan masuk dan keluar Vk adalah kecepatan relatif
antara pancaran air dengan sudu yaitu :
Vj
- Vs = 24 – 6 = 18 m/dt.
Dari persamaan momentum :
-
Fx = m ( V keluar – V masuk )
Fx
= m ( V masuk – V keluar )
= ( Vj – Vs ) Ajój {( Vj – Vs ) – ( Vj – Vs ) cos
q
= ( 18 ) ( 0,010 ) ( 1000 ) { 18 – 18
cos 60 )
= 1620 N
dan Fy
= ój Aj ( Vj – Vs ) [
( Vj – Vs ) sin q - 0 ]
=
( 1000 ) ( 0,010 ) ( 18 ) [ 18 sin 60 – 0 ]
=
2806 N
Jadi gaya netto pada sudu :
Persamaan Bernouli
Suatu
persamaan yang banyak dipakai dalam aliran fluida adlah persamaan bernouli.
Persamaan ini menghubungkan tekanan, kerapatan dan elevasi.
Persamaan Bernouli dapat dituliskan sebagai
berikut :
gz
+ ( V2/2 ) + ( P / r ) = konstan ………………………….. ( 4.6 )
Suku-suku dalam persamaan 4.6 dinyatakan dalam
energi persatuan massa, dalam sistem satuan SI adalah :
MN/Kg
= m Kg m/dt2/Kg = M2 /dt2
Jika persamaan (4.6) dikalikan dengan ó, diperoleh :
rgz + ( rV2/2 ) + P = konstan
……………………………….…… ( 4.7a )
atau :
ó1gz1 + (ó1V12 / 2 ) + P1 = ó2gz2 + ( ó2V22 / 2 ) + P2 = konstan 4.7b
Persamaan
( 4.7b ) menyatakan bahwa energi persatuan volume fluida adalah tetap konstan
disepanjang sebuah garis alir. Suku-suku dalam persamaan 4.7 :
ógz = disebut tekanan potensial
óV2/2 = disebut tekanan
dinamik
P
= disebut tekanan statik
Jika persamaan ( 4.6 ) dibagi dengan g, diperoleh
:
z
+ V2 / 2g + P / óg = konstan ……………………………
( 4.8a )
atau :
z1
+ V12 / 2g + P1 / ó1g = z2 + V22 / 2g + P2 / ó2g = konstan ….. ( 4.8b )
suku-suku dalam persamaan 4.8 menyatakan energi
persatuan berat.
Suku-suku tersebut :
Z
= disebut head potensial
V1
/ 2g = disebut head kecepatan
P
/ óg = disebut head tekanan
Persamaan
4.8 umunya digunakan untuk menyelesaikan soal-soal aliran zat cair dengan
mengganti óg menjadi t. Untuk aliran gas, persamaan yang umum
digunakan adalah dengan mengalikan t pada persamaan 4.8 sehingga diperoleh :
zt + óV2 / 2 + P = konstan ……………………………… (
4.9a )
atau :
z1t1 + ó1V12 / 2 + P1 = z2t2 + ó2V22 / 2 + P2 = konstan ...…….
( 4.9b )
a. Tentukanlah kecepatan aliran air keluar
dari nozel pada dinding reservoar
b. Berapakah debit melalui nozel itu
Penyelesaian
:
a. Kecepatan aliran keluar dari nozel, V2
dapat dihitung sebagai berikut :
Dari persamaan Bernouli :
Persamaan Energi
Persamaan energi dihasilkan
dari penerapan prinsip kekekalan energi
pada aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir
terdiri dari energi dalam dan energi akibat tekanan, kecepatan dan kedudukan.
Dalam arah aliran, prinsip energi diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai
berikut :
Energi di bagian 1
|
+
|
Energi
yang ditambahkan atau diambil
|
+
|
Energi yang hilang
|
=
|
Energi di bagian 2
|
Persamaan ini,
untuk aliran stedi tak mampat yang perubahan energi dalamnya diabaikan,
disederhanakan menjadi :
(P1 / óg + V12 / 2g + z1 )
+ hs – h1 = ( P2 / óg + V22 / 2g + z2 )
...... ( 4.10 )
Dengan
setiap suku dalam dimensi energi persatuan berat fluida ( Joule per Newton )
atau head (meter) dari persamaan 4.10 adalah :
P
/ óg = disebut head tekanan
V
/ 2g = disebut head kecepatan
z = disebut head potensial
hs = Ws / g = disebut head yang
ditambahkan atau diambil.
hs bertanda
( - ) jika usaha dilakukan oleh pompa pada fluida
( + ) jika usaha dilakukan oleh fluida
pada pompa
Contoh 4.7
Sebuah PLTA seperti tergambar melalui
turbinnya mengambil air dengan debit 30 m3/dt dan kecepatan air
keluar turbin V2 = 2 m/dt pada tekanan atmosfer. Kerugian dalam turbin dan
sistem saluran air adalah h1 = 20 m. Hitunglah besarnya usaha yang dilakukan
oleh fluida pada turbin tersebut.
Penyelesaian :
Dari persamaan energi :
(P1/óg + V12/2g + z1 ) + hs – h1
= ( P2/óg + V22/2g + z2 )
Dari soal diperoleh :
V1
= 0
V2
= 2 m/dt
Q
= 30 m3/dt
P1
= P2 = Pa
z1
= 100 m
z2
= 0
h1
= 20 m
Diperoleh :
Pa
/ óg + 0 + 100 m – hs – 20 m = Pa / óg + ½ (a m/dt) / 9,81 m/dt2
hs
= ( 100 m ) – ( 20 m ) – ( 0,2 m )
=
79,8 m.
Karena hs = Ws /g
Diperoleh :
Ws
= hs x g
= 79,8 m x 9,81 m/dt2
= 783 m2/dt2 = 783 Nm/Kg = 783 J/Kg.
Jadi besarnya usaha yang dilakukan
oleh fluida pada turbin adalah 783 J/Kg.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Makalah ini dapat disimpulkan
bahwa Pada Mekanika Fluida pada Ruang
ingkupnya sangat banyak dan sangat bedekatan pada kehidupan manusia. Mekanika Fludia juga
terdapat yang bergerak serta terdapat satuan-satuan sehingga Mekanika Fluida
dapat di hitung.
B. SARAN
Dengan makalah ini
penulis menyarankan kepada pembaca, agar
lebih memperhatikan di sekitarnya untuk lebih memhami tentang Mekanika Fluida
karena Mekanika Fluida sangat berdekatan dengan kehidupan sehari-hari manusia.
REFERENSI:
John A. Roberson, Clayton
T.Crowe, 1997 “Engineering Fluid Mechanics” , Sixth Edition, John Wiley
& Sons, Inc.
Ranald. V. Giles, 1996, “Mekanika
Fluida dan Hidraulika” , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Dugdale H.R, 1986, “Mekanika
Fluida” , Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.
Frank. M. White, 1994, “Mekanika
Fluida” , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Robert L. Daugherty, Joseph
B. Franzini, 1989, “Fluid Mechanics With Engineering Applications”,
McGraw-Hill Book Company.
Komentar
Posting Komentar